BAB I
PENDAHULUAN
Pada
pembahasan ini akan dijelaskan tentang prinsip-prinsip, ciri-ciri dan
langkah-langkah pokok dalam evaluasi hasil belajar. Sebelum kita masuk ke
pambahasan, kita pahami kembali tentang
apa itu evaluasi menurut Suharsimi dalam buku dasar-dasar evaluasi pendidikan, yang menyatakan
bahwa kita tidak dapat mengadakan penilain sebelum kita mengadakan pengukuran. Mengukur
adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.Pengukuran bersifat
kuantitatif.Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu
dengan ukuran baik dan buruk.Penilaian bersifat kuantitatif.Mengadakan
Evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan menilai.
BAB II
PEMBAHASAN
Kegunaan dari evaluasi untuk
menghimpun bahan-bahan keterangan yang dijadikan sebagai bukti mengenai taraf
perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik setelah
mereka mengikuti proses pembelajaran
dalam jangka waktu tertentu. Kemudian evalusi dalam pembelajaran juga
digunakan untuk melihat tingkat efektifitas dari metode-metode pembelajaran
yang telah digunakan dalam proses pembelajaran setelah beberapa waktu. Selain
itu evalusi juga berguna untuk merangsang kegiatan pembelajaran peserta didik
menjadi lebih baik. Menjadi patokan bagi guru dan peserta didik sendiri melihat
keberhasilan atau ketidak berhasilan dalam mengikuti proses pembelajaran.
Suharsimi menjelaskan untuk dapat
menentukan kepandaian seseorang, bukan kepandaian yang diukur. Namun kita dapat
melihat dari gejala-gejala yang tampak atau memancar dari kepandaianya. Salah
satu contohnya adalah bahwa anak yang pandai biasanya dapat menyelesaikan
soal-soal yang diberikan oleh gurunya.Dalam melakukan evaluasi hasil belajar ada hal-hal dasar
yang perlu diperhatikan:
A.
Prinsip-Prinsip
Dasar Evaluasi Hasil Belajar
Menurut Sudijono,Evaluasi hasil belajar dikatakan
terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada
tiga prinsip dasar berikut ini.
1)
Prinsip Keseluruhan
Berprinsip keseluruhan atau
menyeluruh atau komprehensif adalah evaluasi tersebut dilaksanakan secara
bulat, utuh, menyeluruh.Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa dalam
pelaksanaannya evaluasi tidak dapat dilaksanakan secara terpisah, tetapi
mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan
tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup dan
bukan benda mati.
Dalam hubungan ini, evaluasi
diharapkan tidak hanya menggambarkan aspek kognitif, tetapi juga aspek
psikomotor dan afektif pun diharapkan terangkum dalam evaluasi.Jika dikaitkan
dengan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, penilaian bukan hanya
menggambarkan pemahaman siswa terhadap materi ini, melainkan juga harus dapat
mengungkapkan sudah sejauh mana peserta didik dapat menghayati dan
mengimplementasikan materi tersebut dalam kehidupannya.
Jika prinsip evaluasi yang pertama
ini dilaksanakan, akan diperoleh bahan-bahan keterangan dan informasi yang
lengkap mengenai keadaan dan perkembangan subjek subjek didik yang sedang
dijadikan sasaran evaluasi.
2)
Prinsip Kesinambungan
Istilah lain dari prinsip ini adalah
kontinuitas. Penilaian yang berkesinambungan ini artinya adalah penilaian yang
dilakukan secara terus menerus, sambung-menyambung dari waktu ke waktu.
Penilaian secara berkesinambungan ini akan memungkinkan si penilai memperoleh
informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan
peserta didik sejak awal mengikuti program pendidikan sampai dengan saat-saat
mereka mengakhiri program-program pendidikan yang mereka tempuh.
3)
Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas mengandung
makna bahwa evaluasi hasil belajar terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya
subjektif.Orang juga sering menyebut prinsip objektif ini dengan sebutan “apa
adanya”. Istilah apa adanya ini mengandung pengertian bahwa materi evaluasi
tersebut bersumber dari materi atau bahan ajar yang akan diberikan sesuai atau
sejalan dengan tujuan instruksional khusus pembelajaran. Ditilik dari pemberian
skor dalam evaluasi, istilah apa adanya itu mengandung pengertian bahwa pekerjaan
koreksi, pemberian skor, dan penentuan nilai terhindar dari unsur-unsur
subjektivitas yang melekat pada diri tester. Di sini tester harus dapat
mengeliminasi sejauh mungkin kemungkinan-kemungkinan “hallo effect” yaitu
jawaban soal dengan tulisan yang baik mendapat skor lebih tinggi daripada
jawaban soal yang tulisannya lebih jelek padahal jawaban tersebut sama.
Demikian pula “kesan masa lalu” dan lain-lain harus disingkirkan jauh-jauh
sehingga evaluasi nantinya menghasilkan nilai-nilai yang objektif.
Dengan kata lain, tester harus senantiasa berpikir dan bertindak wajar
menurut keadaan yang senyatanya, tidak dicampuri oleh kepentingan-kepentingan
yang sifatnya subjektif. Prinsip ini sangat penting sebab apabila dalam
melakukan evaluasi, subjektivitas menyelinap masuk dalam suatu evaluasi,
kemurnian pekerjaan evaluasi itu sendiri akan ternoda.
Sebenarnya bukan hanya tiga prinsip di atas yang menjadi ukuran dalam untuk
melakukan evaluasi. Dimyati dan Mujiono (2006:194-199) menyebutkan bahwa
evaluasi yang akandilakukan juga harus mengikuti prinsip kesahihan (valid),
keterandalan (reliabilitas), dan praktis.
1)
Kesahihan
Sebuah evaluasi dikatakan valid jika
evaluasi tersebut secara tepat, benar, dan sahih telah mengungkapkan atau
mengukur apa yang seharusnya diukur. Agar diperoleh hasil evaluasi yang sahih,
dibutuhkan instrumen yang memiliki/memenuhi syarat kesahihan suatu instrumen
evaluasi.
Contoh berikut dapat dijadikan
sarana untuk memahami pengertian valid. Contoh yang dimaksud adalah
berupa barometer dan termometer. Barometer adalah alat ukur yang
dipandang tepat untuk mengukur tekanan udara.Jadi, kita dapat mengatakan bahwa
barometer tanpa diragukan lagi adalah alat pengukur yang valid untuk mengukur
tekanan udara. Dengan kata lain, apa seseorang melakukan pengukuran terhadap
tekanan udara dengan menggunakan alat pengukur berupa barometer hasil
pengukuran yang diperoleh itu dipandang tepat dan dapat dipercaya. Demikian
pula halnya denga termometer. Termometer adalah alat pengukur yang dipandang
tepat, benar, sahih, dan abash untuk mengukur tinggi rendahnya suhu udara. Jadi
dapat dikatakan bahwa termometer adalah adalah alat pengukur yang valid untuk
mengukur suhu udara (Sudijono, 2006:96).
Sahih atau tidaknya evaluasi
tersebut ditentukan oleh faktor-faktor instrumen evaluasi itu sendiri,
administrasi evaluasi dan penskoran, respon-respon siswa (Gronlund, dalam
Dimyati dan Mujiono (2006:195).Kesahihan instrumen evaluasi diperoleh melalui
hasil pemikiran dan pengalaman. Dari dua caratersebut, diperoleh empat macam
kesahihan yanga terdiri atas kesahihan isi (content validation), kesahihan
konstruksi (contruction validity), kesahihan ada sekarang (concurrent
validity), dan kesahihan prediksi (prediction validity) (Arikunto, 1990:64).
2)
Keterandalan
Keterandalan evaluasi berhubungan
dengan masalah kepercayaan yaitu tingkat kepercayaan bahwa suatu evaluasi mampu
memberikan hasil yang tepat. Maksud dari pernyataan ini adalah jika suatu
eveluasi dilakukan pada subjek yang sama evaluasi senantiasa menunjukkan hasil evaluasi
yang sama atau sifatnya ajeg dan stabil. Dengan demikian suatu ujian, misalnya,
dikatakan telah memiliki reliabilitas apabila skor-skor atau nilai-nilai yang
diperoleh para peserta ujian untuk pekerjaan ujiannya adalah stabil, kapan
saja, dimana saja ujian itu dilaksanakan, dan oleh siapa saja pelaksananya.
Keterandalan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
·
Panjang tes (length of tes). Panjang tes berhubungan dengan banyaknya butir tes.
Pada umumnya lebih banyak butir tes, lebih tinggi keterandalan evaluasi. Hal
ini terjadi karena makin banyak soal tes, makin banyak sampel yang diukur.
·
Sebaran skor (spread of scores). Besarnya sebaran skor akan membuat kemungkinan
perkiraan keterandalan lebih tinggi menjadi kenyataan.
·
Tingkat kesulitan tes (difficulty of tes). Tes yang paling
mudah atau paling sukar untuk anggota-anggota kelompok yang mengerjakan
cenderung menghasilkan skor tes keterandalan yang lebih rendah. Hal ini
disebabkan antara hasil tes yang mudah dan sulit keduanya salam suatu sebaran
skor yang terbatas.
·
Objektivitas (objektivity). Objektivitas suatu tes menunjuk kepada tingkat skor
kemampuan yang sama (yang dimiliki oleh para siswa) dan memperoleh hasil yang
sama dalam mengerjakan tes.
3)
Kepraktisan
Kepraktisan suatu evaluasi bermakna
bahwa kemudahan-kemudahan yang ada pada instrumen evaluasi baik dalam
mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi, memperoleh hasil maupun kemudahan
dalam menyimpan.Faktor-faktor yang mempengaruhi kepraktisan instrumen evaluasi
meliputi:
·
kemudahan mengadministrasi;
·
waktu yang disediakan untuk
melancarkan kegiatan evaluasi;
·
kemudahan menskor;
·
kemudahan interpretasi dan aplikasi;
·
tersedianya bentuk instrumen
evaluasi yang ekuivalen atau sebanding.
Suharsimi juga menjelaskan ada satu prinsip umum dan penting dalam
kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen,
yaitu:
a.
Hubungan antara tujuan dengan KBM
Kegiatan belajar-mengajar yang dirancang
dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang
hendak dicapai.Dengan demikian, anak panah yang menunjukkan hubungan antara
keduanya mengarah pada tujuan dengan makna bahwa KBM mengacu pada tujuan,
tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari tujuan
dilanjutkan pemikirannya ke KBM.
b.
Hubungan antara tujuan dengan evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data
untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai.Dengan makna demikian maka
anak panah berasal dari evaluasi menuju ke tujuan. Di lain sisi, jika dilihat
dari langkah, dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah
dirumuskan.
c.
Hubungan antara KBM dengan evaluasi
Seperti yang sudah disebutkan dalam poin
(a), KBM dirancang dan disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah
dirumuskan.Telah disebutkan pula dalam poin (b) bahwa alat evaluasi juga
disusun dengan mengacu pada tujuan.Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga
harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan.Sebagai misal, jika
kegiatan belajar-mengajar dilakukan oleh guru dengan menitikberatkan pada
keterampilan, evaluasinya juga harus mengukur tingkat keterampilan siswa,
bukannya aspek pengetahuan.
B.
Ciri-ciri Penilaian
dalam Pendidikan
Adapun
ciri-ciri evaluasi melalui penilaian dalam
pendidikan menurut Suharsimi adalah sebagai berikut:
1. Ciri pertama
yaitu bahwa penilaian dilakukan secara tidak langsung. Dalam contoh ini kita
menilai kepandaian melalui ukuran menyelesaikan soal.
2. Ciri kedua
yaitu pengunaan ukuran kuantitatif. Penilaian bersifat kuantitatif artinya
mengunakan simbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu lalu
diinterpretasikan ke bentuk kualitatif. Contoh: dari hasil pengukuran tia
mempunyai IQ 126 sedangkan budi 89. Maka tia dapat dikatagorikan sebagai anak
pandai sedangkan budi anak dibawah rata-rata.
3. Ciri ketiga
yaitu bahwa penilaian pendidikan mengunakan, unit-unit atau satuan-satuan yang
tetap misalnya, IQ 126 menurut unit pengukurannya termasuk anak yang pandai
sedangkan 89 termasuk anak dibawah rata-rata.
4. Ciri keempat
yaitu bersifat relatif artinya tidak selalu tetap dari waktu ke waktu yang di
sebabkan banyak faktor. contoh nilai ulangan MTK pertama tia adalah 90 namun
ulangan keduanya hanya 40.
5. Ciri kelima
bahwa dalam penilaian pendidikan sering terjadi kesalahan-kesalahan. Adapun
kesalaan-kesalahan itu ditinjau dari berbagai faktor yaitu:
1) Terletak pada
alat ukurnya.Alat yang digunakan untuk mengukur haruslah baik namun sering kali
terjadi kesalahan di alat ukurnya.
2) Terletak pada
orang yang melakukan pengukurannya.Keslaah pad aorang yag melakuan pengukuran bisa saj aterjadi
karena:
a. Kesalahan pada
waktu penilaian karena factor subjektif penilai yang telah terpengarus oleh
hasil pengukuran, misalnya tulisan jelek atau tidak jelas itu sering
mempengaruhi subjektif penilaian.b). kecenderungan dari penilai untuk
memberikan nilai secara murah atau mahal. Ada guru yang mudah memberikan nilai
ada yang sulit untuk memberikan nilai.Adanya Hello-effect, yakni adanya
kesan penilai terhadap siswa.
b. Adanya pengaruh
dari hasil sebelumnya.
c. Kesalahan yang
disebabkan oleh kekeliruan menjumlah angka-angka hasil penilaian.
3) Terletak pada
anak yang dinilai.
a. Siswa adalah
manusia yang berperasaan dan bersuasana hati. Suasana hati sangat berpengaruh
terhadap hasil penilaian.
b. Keadaan fisik ketika
siswa sedang dinilai.
c. Nasib siswa
kadang-kadang mempunyai peranan terhadap hasil penilaian.
4) Terletak pada situasi dimana
penilaian berlangsung
a. suasana pada saat terjadinya
penilaian. Keadaan yang gaduh akan mempengaruhi penilaian yang sebenarnya
karena siswa tidak dapat konsenterasi.
b. Pengawasan dalam penilaian. Bentuk
pengawasan yang tidak sesuai akan berpengaruh pada keobjektifan hasil dari
pengukuran yang ada.
Menurut
Sudijono ciri-ciri evaluasi hasil belajar tidak
jauh berbeda dari Suharsimi, adapun ciri-ciri evaluasi
yang dilakukan dalam proses belajar mengajar tersebut adalah:
1. Penilaian
dilakukan secara tidak langsung. Jadi untuk mengetahui taraf kepandaian anak
maka yang diukur bukan pandainya akan tetapi tanda-tanda kepandaiannya. Menurut
Carl Witherington tanda-tanda anak yang pandai adalah 1) kemampuan untuk
bekerja dengan angka-angka, 2) kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan baik
dan benar, 3) kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru, 4) kemampuan untuk
mengingat-ingat sesuatu, 5) kemampuan untuk memahami hubungan antar gejala yang
satu dengan yang lain, 6) kemampuan untuk berfantasi atau berfikir abstrak.
2. Menggunakan ukuran yang bersifat kuantitatif
(simbul angka), setelah dianalisis dengan metode statistik pada akhirnya data
tersebut diberi interpretasi secara kualitatif.
3. Pada
umumnya menggunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap.
4. Prestasi
belajar yang dicapai oleh peserta didik dari waktu ke waktu bersifat relatif.
Artinya, hasil evaluasi pada umumnya tidak tetap.
5. Dalam
melakukan penilaian sering terjadi kesalahan-kesalahan. Sedangkan sumber-sumber
kesalahan terletak pada alat ukur, penilai atau evaluator (guru), yang dinilai
(murid) dan situasi di mana penilaian berlangsung
Dalam hal ini guru atau evaluator dapat
menyebabkan kekeliruhan itu sendiri dikarenakan hal sebagai berikut:
1) bertindak
subjektif. Misalnya risau ketika mengoreksi, tulisan yang dihadapi jelek dan
lain-lain.
2) cenderung
pemura atau pelit dalam memberi nilai.
3) Terjadinya
hallo effect, guru dalam memberi
nilai terpengaruhi oleh berita, informasi dan lain yang dating dari teman-teman atau hal-hal lain.
4) Adanya
pengaruh dari hasil yang diperoleh terdahulu atau masa lalu.
Selanjutnya dalam hal kekeliruhan juga dapat berasal
dari yang dinilai (murid), penyebab munculnya antara lain:
1) Factor
psikis, suasana batin yang mengikuti evaluasi yang dilaksanakan
2) Factor
fisik, jasmani yang sedang terganggu sedang sakit, letih atau kecapekan
3) Factor
nasib, misalnya semua pelajaran yang telah di pelajari tiba-tiba hilang dari
ingatan.
C.
Langkah-langkah Pokok dalam Evaluasi
Belajar
Sekalipun tidak
selalu sama, namun pada umumnya para pakar dalam bidang evaluasi pendidikan
merinci kediatan evaluasi ke dalam enam langkah pokok.
1. Menyusun
rencana evaluasi hasil belajar
Sebelum
evaluasi hasil belajar dilaksanakan, harus disusun lebih dahulu perencanaannya
secara baik dan matang. Perencanaan hasil belajar itu umumnya mencakup enam
jenis kegiatan, yaitu:
a.
Merumuskan tujuan dilaksanakannya
evaluasiPerumusan tujuan evaluasi hasil belajar itu penting sekali, sebab tanpa
tujuan yang jelas maka evaluasi hasil belajar akan berjalan tanpa arah dan pada
gilirannya dapat mengakibatkan evaluasi menjadi kehilangan arti dan fungsinya.
b.
Menetapkna aspek-aspek yang hendak
dievaluasi. Misalnya apakah aspek kognitif, aspek afektif ataukah aspek
psikomotorik.
c.
Memilih dan menentukan teknik yang
akan dipergunakan di dalam melaksanakan evaluasi, misalnya apakah evaluasi itu
akan dilaksanakan dengan menggunakan teknik tes ataukah teknik nontes. Jika
teknik yang akan dipergunakan itu adalah teknik nontes, apakah pelaksanaannya
dengan menggunakan pengamatan (observasi), melakukan wawancara (interview),
menyebarkan angket (questionnaire)?
d.
Menyusun alat-alat pengukur yang
akan dipergunakan dalam pengukuran dan penialain hasil belajar peserta didik,
seperti butir-butir soal tes hasil belajar (pada evaluasi hasil belajar yang
menggunakan teknik tes). Daftar check (check list), rating scale, panduan
wawancara (interview guide) atau daftar angket (questionnaire), untuk evaluasi
hasil belajar yang menggunakan teknik nontes.
e.
Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria
yang akan dijadikan pegangan atau patokan untuk memberikan interpretasi
terhadap data hasil evaluasi. Misalnya apakah yang akan dipergunakan Penilaian
Beracuan Patokan (PAP) ataukah akan dipergunakan Penilaian beracuan kelompok
atau Norma (PAN). Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu
sendiri (kapan dan seberapa kali evaluasi hasil belajar itu akan dilaksanakan).
2. Menghimpun
data
Dalam
evaluasi hasil belajar, wujud nyata dari kegiatan menghimpun data adalah
melaksanakan pengukuran, misalnya dengan menyelenggarakan tes hasil belajar
(apabila evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik tes), atau melakukan
pengamatan, wawancara atau angket dengan menggunakan instrumen-instrumen
tertentu berupa rating scale, check list, interview guide atau questionnaire
(apabila evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik nontes).
3. Melakukan
verifikasi data
Data yang
telah berhasil dihimpun harus disaring lebihn dahulu sebelum diolah lebih
lanjut. Proses penyaringan itu dikenal dengan istilah penelitian data atau
verifikasi data. Verifikasi data dimaksudkan untuk dapat memisahkan data yang
“baik” (yaitu data yang dapat memperjelas gambaran yang akan diperoleh mengenai
diri individu atau sekelompok individu yang sedang dievaluasi) dari data yang
“kurang baik” (yaitu data yang akan mengaburkan gambaran yang akan diperoleh
apabila data itu ikut serta diolah).
4. Mengolah dan
menganalisis data
Mengolah dan
menganilisis hasil evaluasi dilakukan dengan maksud untuk memberikan makna
terhadap data yang telah berhasil dihimpun dalam kegiatan evaluasi.Untuk
keperluan itu maka data hasil evaluasi perlu disusun dan diatur demikian rupa
sehingga “dapat berbicara”.Dalam mengolah dan menganalisis data hasil evaluasi
itu dapat dipergunakan teknik statistik.
5. Memberikan
interpretasi dan menarik kesimpulan
Penafsiran
atau interpretasi terhadap data hasil evaluasi belajar pada hakikatnya adalah
merupakan verbalisasi dari makna yang terkandung dalam data yang telah
mengalami pengolahan dan penganalisisan itu.Atas dasar interpretasi terhadap
data hasil evaluasi itu pada akhirnya dapat dikemukakan kesimpulan-kesimpulan
tertentu.Kesimpulan-kesimpulan hasil evaluasi itu sudah barang tertentu mengacu
kepada tujuan dilakukannya evaluasi itu sendiri.
6. Tindak
lanjut hasil evaluasi
Bertitik
tolak dari data hasil evaluasi yang telah disusun, diatur, diolah, dianalisis
dan disimpulkan sehingga dapat diketahui apa makna yang terkandung di dalamnya
maka pada akhirnya evaluator akan dapat mengambil keputusan atau merumuskan
kebijakan-kebijakan yang dipandang perlu sebagai tindak lanjut dari kegiatan
evaluasi tersebut.
BAB III
KESIMPULAN
Mengetahui
dan memahami tentang prinsip-prinsip dasar evaluasi hasil
belajar, serta mengetahui ciri-ciri dan langkah-lankah evaluasi akan sangat
membantu guru sebagai evaluator dalam menjalankan evaluasi hasil proses
pembelajaran. Hal ini juga akan mengurangi kekeliruan yang terjadi pada saat
evaluasi, baik kekeliruhan yang disebabkan bertindak subjektif, cenderung
pemura atau pelit dalam memberi nilai, terjadinya hallo effect, adanya pengaruh dari hasil yang diperoleh terdahulu
atau masa lalu. Kemudian kekeliruan lainya seperti dari siswa atau dari kondisi
lingkungan.Jadi evaluasi benar-benar dapat menjadi motivasi kegiatan pembelajaran peserta
didik menjadi lebih baik. Dan menjadi patokan bagi guru dan peserta didik
sendiri melihat keberhasilan atau ketidak berhasilan dalam mengikuti proses
pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, S & Jabar.2004. Evaluasi Program Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Sudijono, A. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar