Minggu, 24 Januari 2016

ONTOLOGI

Ontologi membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas.

A.    Metafisika
Pembahasan ontologi terkait dengan pembahasan mengenai metafisika. Ontologi membahas hakikat yang “ada”, metafisika menjawab pertanyaan apakah hakikat kenyataan ini sebenar-benarnya? Pada suatu pembahasan, metafisika merupakan bagian dari ontologi, tetapi pada pembahasan lain, ontologi merupakan salah satu dimensi saja dari metafisika. Karena itu, metafisika dan ontologi merupakan dua hal yang saling terkait. Bidang metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati, termasuk pemikiran ilmiah. Metafisika berusaha menggagas jawaban tentang apakah alam ini. Terdapat Beberapa penafsiran yang diberikan manusia mengenai alam ini
1.      Supernaturalisme
Di alam terdapat wujud-wujud gaib (supernatural) dan ujud ini bersifat lebih tinggi atau lebih berkuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Dari paham Supernatural ini lahirlah tafsiran-tafsiran cabang seperti Animisme, dimana manusia percaya bahwa terdapat roh yang sifatnya gaib terdapat dalam benda-benda.
2.      Naturalisme.
Paham ini amat bertentangan dengan paham supernaturalisme. Paham naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat dalam itu sendiri,yang dapat dipelajari dan dapat diketahui. Orang-orang yang menganut paham naturalisme ini beranggapan seperti itu karena standar kebenaran yang mereka gunakan hanyalah logika akal semata, sehingga mereka mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat gaib itu.Kaum Mekanistik, melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia-fisika semata.
a.       Kaum Vitalistik, hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substantive dengan proses tersebut. Secara fisiologis, proses berpikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (obbjek) yang ditelaahnya.
b.      Aliran Monistik, mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat : mereka hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai substansi yang sama.
c.       Paham Dualistik, dalam metafisika membedakan antara zat dan kesadaran (pikiran) yang berbeda sui generis secara substantif..

Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam ini sebagaimana adanya. Jika memang itu tujuannya maka kita tidak bisa melepaskan diri dari masalah-masalah yang ada di dalamnya.
Semua permasalahan ini telah menjadi bahan kajian ahli-ahli filsafat sejak dahulu kala. Tersedia segudang filsafat dalam menjawabnya. Kita bisa setuju dengan mereka dan kita pun bisa tidak setuju dengan mereka. Bahkan, kita pun boleh mengajukan jawaban filsafati kita. Jadi pada dasarnya tiap ilmuan boleh mempunyai filsafat individual yang berbeda-beda. Titik pertemuan kaum ilmuan dari semua ini adalah sifat pragmatis dari ilmu.

B.     Asumsi
Setiap ilmu selalu memerlukan asumsi. Asumsi diperlukan untuk mengatasi penelaahan suatu permasalahan menjadi lebar. Semakin terfokus obyek telaah suatu bidang kajian, semakin memerlukan asumsi yang lebih banyak.
Asumsi dapat dikatakan merupakan latar belakang intelektal suatu jalur pemikiran. Asumsi dapat diartikan pula sebagai merupakan gagasan primitif, atau gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian. Asumsi diperlukan untuk menyuratkan segala hal yang tersirat. Pertanyaan penting yang terkait dengan asumsi adalah bagaimana penggunaan asumsi secara tepat? Untuk menjawab permasalahan ini, perlu tinjauan dari awal bahwa gejala alam tunduk pada tiga karakteristik,
1.      Paham Determinisme, dikembangkan oleh William Hamilton (1788-1856) dari doktrin Thoma Hobbes (1588-1679) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat universal.
2.      Paham Fatalisme, berpendapat bahwa segala kejadian ditentukan oleh nasib yang telah ditetapkan lebih dulu.
3.      Paham Pilihan Bebas, menyatakan bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam menentukan pilihannya tidak terikat kepada hukum alam yang tidak memberikan alternatif.
4.      Probabilitas, merupakan keumuman memang ada namun berupa peluang.

Dengan demikian, asumsi menjadi masalah yang penting dalam setiap bidang ilmu pengetahuan. Kesalahan menggunakan asumsi akan berakibat kesalahan dalam pengambilan kesimpulan. Asumsi yang benar akan menjembatani tujuan penelitian sampai penarikan kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis. Bahkan asumsi berguna sebagai jembatan untuk melompati suatu bagian jalur penalaran yang sedikit atau bahkan hampa fakta atau data.

C.    Peluang
Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar untuk mengambil keputusan, dimana keputusan harus didasarkan kepada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif. Dasar teori keilmuan di dunia ini tidak akan pernah terdapat hal yang pasti mengenai satu kejadian, hanya kesimpulan yang probabilistik.

D.    Beberapa asumsi dalam ilmu
Ilmu sekadar merupakan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis yang dapat membantu kehidupan manusia secara pragmatis. Sekiranya ilmu ingin mendapatkan pengetahuan yang bersifat analistis, yang mampu menjelaskan berbagai kaitan dalam gejala yang tertangguk dalam pengalaman manusia.
Dalam mengembangkan asumsi maka harus diperhatikan beberapa hal :
1.      Asumsi harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin ilmu. Asumsi ini harus operasional dan merupakan dasar dari pengkajian teoritis.
2.      Asumsi harus disimpulkan dari keadaan sebagaimana adanya, bukan bagaimana keadaan yang seharusnya.
Asumsi yang pertama adalah asumsi yang mendasari telaah ilmiah, sedangkan asumsi yang kedua adalah asumsi yang mendasari telaah moral.

E.     Batas-batas penjelajahan ilmu
Ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia, karena fungsi ilmu itu sendiri dalam kehidupan manusia yakni sebagai alat pembantu manusia dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Ilmu membatasi lingkup penjelajahan pada batas  Ilmu hanya berwenang dalam menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan, tentang baik dan buruk, tentang indah dan jelek.

Cabang-cabang ilmu  
1.      Filsafat alam
a.       Ilmu-ilmu alam
1)      Ilmu alam
·         Fisika ( mekanika, hidrodinamika, bunyi, cahaya, panas, kelistrikan & magnetism, fisika nuklir, kimia fisik.), Kimia, Astrinomi, Ilmu bumi
2)      Ilmu hayat
2.      Filsafat moral
a.       Ilmu-ilmu social(Antropologi , Psikologi, Ekonomi, Sosiologi, Ilmu politik)

II. HAKIKAT DAN KEGUNAAN ILMU
             
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya
Ilmu sekedar pengetahuan yang harus bisa dihafal, agar bisa dikemukakan waktu berdebat. Sekurang-kurangnya ada tiga manfaat kegunaan ilmu.
1.      Ilmu sebagai alat Eksplansi
Berbagai ilmu yang berkembang dewasa ini, secara umum berfungsi sebagai alat untuk membuat ekspalanasi kenyataan yang ada.
2.      Ilmu sebagai alat Peramal
Tatkala membuat ekplanasi, biasanya ilmuan telah mengetahui juga faktor penyebab gejala tersebut. Dengan menganalisis faktor dan gejala yang muncul, ilmuwan dapat melakukan ramalan.
3.      Ilmu sebagai alat Pengontrol
Eksplanasi sebagai bahan membuat prediksi dan kontrol. Ilmuan selain mampu membuat ramalan berDasar kan eksplanasi gejala, juga dapat membuat control
Pengetahuan yang dikuasai harus mencakup bidang-bidang yang amat luas. Ilmu yang kita konsumsikan dengan baik, memberikan kenikmatan batiniah, jiwa kita tergetar, terharu, tersentuh oleh komunikasi artistic, menyibakkan dunia, makna yang tak terjangkau(kasat mata). Jiwa kita bertambah kaya, persepsi kita bertabah dewasa, yang selanjutnya akan mengubah sikap dan kelakuan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar