Allah
SWT dengan kehendak kebijaksanaanNya telah mencipta makhluk-makhluk
yang di tempatkan di alam penciptaanNya. Manusia di antara makhluk Allah
dan menjadi hamba Allah SWT. Sebagai hamba Allah tanggungjawab manusia
adalah amat luas di dalam kehidupannya, meliputi semua keadaan dan tugas
yang ditentukan kepadanya.
Tanggungjawab
manusia secara umum digambarkan oleh Rasulullah SAW di dalam hadis
berikut. Dari Ibnu Umar RA katanya; “Saya mendengar Rasulullah SAW
bersabda yang bermaksud:
“Semua
orang dari engkau sekalian adalah pengembala dan dipertanggungjawabkan
terhadap apa yang digembalainya. Seorang laki-laki adalah pengembala
dalam keluarganya dan akan ditanya tentang pengembalaannya. Seorang
isteri adalah pengembala di rumah suaminya dan akan ditanya tentang
pengembalaannya.Seorang khadam juga pengembala dalam harta tuannya dan
akan ditanya tentang pengembalaannya. Maka semua orang dari kamu
sekalian adalah pengembala dan akan ditanya tentang pengembalaannya.”
(Muttafaq ‘alaih)
Allah
mencipta manusia ada tujuan-tujuannya yang tertentu. Manusia dicipta
untuk dikembalikan semula kepada Allah dan setiap manusia akan ditanya
atas setiap usaha dan amal yang dilakukan selama ia hidup di dunia.
Apabila pengakuan terhadap kenyataan dan hakikat wujudnya hari
pembalasan telah dibuat maka tugas yang diwajibkan ke atas dirinya perlu
dilaksanakan.
Manusia Sebagai Khalifah Allah.
Antara
anugerah utama Allah kepada manusia ialah pemilihan manusia untuk
menjadi khalifah atau wakilNya di bumi. Dengan ini manusia berkewajipan
menegakkan kebenaran, kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapuskan
kemungkaran serta penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah.
Firman Allah SWT :
“Dan
ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku
jadikan di bumi seorang Khalifah. Berkata Malaikat: Adakah Engkau hendak
jadikan di muka bumi ini orang yang melakukan kerusakan dan menumpahkan
darah, sedangkan kami sentiasa bertasbih dan bertaqdis dengan memuji
Engkau? Jawab Allah: Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.”
(Al-Baqarah:30)
Di
kalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih oleh Allah
melaksanakan tanggungjawab tersebut. Ini sudah tentu kerana manusia
merupakan makhluk yang paling istimewa.
Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya
Kami telah kemukakan tanggungjawab amanah (Kami) kepada langit dan bumi
serta gunung-ganang (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya
dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya (kerana tidak ada pada mereka
persediaan untuk memikulnya); dan (pada ketika itu) manusia (dengan
persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya. (Ingatlah) sesungguhnya
tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula
membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan.”
(Al-Ahzab: 72)
- Optimalisasi Kemampuan
Dengan
berbagai kelebihan tersebut, sangat penting bagi manusia untuk dapat
mengembangkan diri dan mengoptimalkan kemampuanya. Optimalisasi
kemampuan tercermin dalam pemanfaatan kemampuan dari manusia itu sendiri
terhadap potensi-potensi yang dimilikinya. Manusia diberikan kelebihan
fisik tersebut guna memasimalkan tugas kekhalifahan di bumi. Dengan otak
manusia diharapkan kehidupan di bumi secara umum dapat berkembang
dengan baik dan terjaga dari kerusakan. Dengan tangan, manusia
diharapkan memiliki kemampuan mencipta, dalam arti memnafaatkan potensi
sumber daya dari Allah. Dengan lisan manusia diharapkan memiliki
kemampuan komunikasi yang baik. Dari hal-hal tersebut di atas maka
jelaslah bahwa optimalisasi kemampuan tercermin dari optimalisasi
potensi materi yang dimiliki oleh manusia dari Allah. Sekarang kita bisa
melihat hasilnya yaitu dengan adanya kapal, pesawat terbang, motor,
mobil, dan teknologi lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk kemashlahatan
makhluk- manusia, hewan, dan tumbuhan.
- Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Sesungguhnya
semua fasilitas yang sudah tersedia di dunia secara gratus seperti
tumbuhan, binatang, angin, udara, air dan apapun adalah untuk manusia.
Tentunya hal tersebut dimaksudkan untuk membantu kekhalifahan manusia di
bumi. Allah berkali-kali mengatakan bahwa dalam melakukan sesuatu hal,
janganlah pernah melampaui batas. Artinya manusia harus bisa berlaku
normal sebagaimana adanya. Allah mengatakan bahwasanya potensi-potensi
alam itu tidak akan pernah habis tetapi hal tersebut berlaku apabila
manusia memnafaatkan dengan sewajarnya. Namun, kejadian sekarang ini,
akibat pengaruh industrialisasi, seluruh potensi alam hampir habis di
serap untuk kepentingan manusia tanpa berpikir baik buruknya sehingga
terjadi ketidakseimbangan dalam ekosistem. Sesungguhnya hal tersebut
tidak harus terjadi apabila manusia taat dan patuhpada perintah Allah.
Janganlah melampaui batas.
Optimalisasi
alam bukanlah dengan tindakan mengeruk sebanyak-banyaknya potensi alam
semesta. Akan tetapi, optimalisasi sebenarnya dimaksudkan untuk mengatur
semaksimal mungkin perihal pengelolaan alam. Sehingga tidak terjadi
ketidakseimbangan ekosistem. Hutan tidak akan habis hanya oleh karena
alasan industrialisasi atau perluasan masalah tempat tinggal. Dengan
potensi otak manusia telah diberi akal untuk berpikir bagaimana
menyeimbangakan segala potensi kehidupan dan alam semesta.
Walaupun
Al Quranul Karim telah memberitahu tugas dan tanggungjawab manusia di
dunia ini dan diberitahu mereka yang menunaikan tanggung jawab akan
masuk ke Syurga, manakala yang tidak bertanggung jawab akan ke Neraka,
namun tidak semua manusia percaya berita ini serta beriman dengannya.
Bahkan yang percaya dan beriman dengannya pun, karena tidak mampu
melawan nafsu serta mempunyai kepentingan-kepentingan peribadi, ramai
yang tidak dapat benar-benar memperhambakan diri kepada Allah dan gagal
menjadi khalifah-Nya yang mentadbir dan mengurus dunia ini dengan
syariat-Nya. Karena itulah Allah Taala berfirman dalam surat Saba 13 :
Artinya: “Sedikit sekali daripada hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Saba’: 13)
Keoptimalan
peran manusia sebagai khalifah dibumi akan tercapai dengan sempurna
apabila manusia dapat memanfaatkan segala pikiran hebatnya yang
dianugerahkan dari Allah dengan menciptakan teknologi yang canggih
dengan berdasarkan nilai-nilai keilahiyahan (sifat-sifat Allah -Asmaul
Husna-) dan keislaman dengan kemampuan seni mengatur keseimbangan
potensi alam dan lainnya dengan dipimpin oleh seorang khalifah yang
robbani yang memerintah berdasarkan Syariat Islam.
Apabila
hal-halk tersebut tidak tercapai seluruhnya maka tidak pula tercapai
keoptimalisasian peran kekhalifahan manusia. Kalaupun terjadi, maka hal
tersebut belum dan tidak maksimal. Jadi, pada dasarnya setiap umat
manusia mengemban tugas yang maha penting untuk memerankan kekhalifhan
di
Tidak ada komentar:
Posting Komentar